Klasifikasi Sistem
1.Pengertian Sistem.
Secara sederhana "SISTEM" adalah sekumpulan elemen
yang terpadu dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan.
Anatol Rapopor mendefinisikan "SISTEM" sebagai suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan antara satu sama lain. sedangkan menurut Jhon A. Beckett, "SISTEM" adalah kumpulan sistem- sistem yang berinteraksi.
Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa "SISTEM" adalah keseluruhan bagian- bagian yang satu sama lainnya berinteraksi dan bersama- sama beroperasi mencapai satu tujuan tertentu.
2. Fungsi Sistem.
Sistem memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah Sebagai instrument metodologi dari Instrument yang Logis.Dan Sebagai instrument riset, supaya penelitian dapat mendalam dan juga menjembatani celah- celah kosong dalam pembentukan teori serta tanggap akan kepentingan yang disebabkan oleh berbedanya tingkat pandangan.
Anatol Rapopor mendefinisikan "SISTEM" sebagai suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan antara satu sama lain. sedangkan menurut Jhon A. Beckett, "SISTEM" adalah kumpulan sistem- sistem yang berinteraksi.
Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa "SISTEM" adalah keseluruhan bagian- bagian yang satu sama lainnya berinteraksi dan bersama- sama beroperasi mencapai satu tujuan tertentu.
2. Fungsi Sistem.
Sistem memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah Sebagai instrument metodologi dari Instrument yang Logis.Dan Sebagai instrument riset, supaya penelitian dapat mendalam dan juga menjembatani celah- celah kosong dalam pembentukan teori serta tanggap akan kepentingan yang disebabkan oleh berbedanya tingkat pandangan.
1. Sebagai Instrument koordinasi antara
ilmu- ilmu yang berbeda dan kemudian membentuk kaidah-kaidah yang berlaku umum.
2. Sebagai instrument interdisipliner
yang pertama-tama berusaha membentuk penggunaan bahasa yang berlaku umum dan
pemahaman akan problema umum sebagai sarana komunikasi antar disiplin.
3. Sebagai instrument integratif supaya
aneka disiplin tidak saling bertabrakan.
3. Karakteristik Sistem.
Terdapat
ciri-ciri yang sangat penting dalam sistem, yaitu :
1.
Keintegrasian (integration)
2.
Keteraturan (regularity)
3.
Keutuhan (wholeness)
4.
Keterorganisasian (organization)
5.
Keterletakan komponen satu sama lain (coherence)
6.
Keterhubungan antara komponen satu sama
lain (connetedness)
7.
Kebergantungan komponen satu sama lain (interpendence)
4. Klasifikasi Sistem
1. Sistem abstrack dan Sistem Fisik.
v Sistem Abstrak: Sistem yang berisi gagasan atau konsep (Contoh: Sistem Teologi hubungan Manusia,
Alam dan Allah)sistema
teologi maka fiar ne’ebe ita ema ida-iadak iha ba rai no maromak
v Sistem Fisik: Sistem yang secara fisik dapat dilihat (Contoh: Sistem Komputer Transportasi, Sistem
Perguruan Tinggi)sistema
computer ne’ebe transforma ita liu husi
teknologi, sisstema Nivel ne’ebe as
2. Sistem Deterministik dan Probabilistik.
v Sistem Deterministik: Sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat (Contoh: Sistem Komputer)
v Sistem Probabilistik: Sistem yang tidak dapat diprediksi dengan pasti karenamengandung unsur probabilitas (Exemplo: sistema ne’ebe liu husi suar, anin )
3. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
v Sistem Tertutup: Sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan dan tidakdipengaruhi oleh lingkungan (Exemplo: sistema reaksaun ne’ebe iha sasan kimia nia
laran ita labele hare)
v Sistem Terbuka: Sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhioleh lingkungan (Exemplo: Sistem Tanah).sistema Rai sisitema anin
METODE SISTEM
Seperti
definisi-definisi yang lainnya, setiap kali menjelaskan atau menerangkan
seputar pengeertian sebuah ilmu ataupun definisi yang lainnya, penulis terlebih
dahulu menelaah sepuatar kajian yang ingin dijelaskannya, baik itu seputar pengertian
yang ditinjau dari arti bahasa(etimologi), maupun ditinjau dari arti
istilahnya(terminologi), ataupun dengan mengungkapkan berbagai pendapat
tokoh-tokoh seputar permasalahan yang ingin dijelaskannya. Dari sini, penulis
mencoba menelaah seputar permasalahan yang akan dijelaskan, dilihat dari arti
bahasa(etimologi), dan istilah(terminologi).
Dimulai dari
pembahasan yang pertama yaitu Metode, secara bahasa(etimologi), Metode berasal
dari kata Yunani, yaitu “Methodos”, sedangkan bangsa Arab menerjemahkannya
dengan kata “tharikat dan Manhaj”. Dan kalau kita artikan dalam
bahasa Indonesia, Metode merupakan sebuah cara yang teratur, dan cara
befikir yang baik untuk mencapai sebuah maksud dalam Ilmu pengetahuan dan
sebagainya, atau bisa juga diartikan sebagai sebuah cara yang bersistem guna
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mendapatkan sesuatu yang
ditentukan. Pengertian Metode secara umum dapat digunakan untuk berbagai objek,
baik yang berhububungan dengan pemikiran, maupun penalaran akal, ataupun yang
menyangkut pekerjaan fisik. Jadi bisa ketahui bersama bahwa Metode merupakan
sebuah sarana yang teramat penting guna untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dalam kaitannya
dengan studi penafsiran Al qur’an, maka sebuah Metode mutlak dibutuhkan. Yakni
sebuah cara berfikir yang baik, dan teratur guna untuk mencapai pemahaman yang
baik dan benar tentang apa-apa yang dimaksudkan Allah SWT. lewat ayat-ayatnya
yang terhimpun dalam kitab suci Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Definisi seperti ini, sekaligus menggambarkan bahwa sebuah metode tafsir Al
Qur’an berisikan seperangkat kaidah dan aturan-aturan yang harus ditaati ketika
menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. Dan bisa dipastikan, ketika seseorang
menafsirkan Al Qur’an tanpa menggunakan Metode tafsir Al Qur’an, maka
penafsirannya pasti akan keliru. Dalam Ilmu tafsir, corak penafsiran yang
seperti ini dinamakan dengan “Tafsir Bi al ra’yi al al mahdh”(penafsiran
berdasarkan pemikirannya semata).
Dan berkaitan
dengan penafsiran dengan pemikirannya semata(“Tafsir Bi al ra’yi al al
mahdh”), banyak Ulama’ yang tidak memperbolehkannya, bahkan menolak
menafsirkan dengan corak tafsir yang sepeti ini, dan mereka menyebutnya
sebagai “al-tafsir bi al-hawa”, atau tafsir atas dasar hawa nafsu.
Karena dikhawatirkan, tafsir yang dihasilkannya akan bergeser dari makna yang
sebernarnya, dan disamping akan menimbulkan makna-makna yang jauh dari makna
yang sebenarnya, penafsiran seperti ini juga telah dilarang oleh Nabi Muhammad
SAW. Bahkan Ibnu Taymiyah berpendapat bahwai corak tafsir seperti ini adalah
haram hukunya. Dan itulah sebabnya, mengepa Tafsir dengan pemikirannya
sendiri (“Tafsir Bi al ra’yi al al mahdh”), dilarang, bakhan di
haramkan.
Disamping banyak
Ulama’ yang menentang corak penafsiran semacam ini, bahkan Nabi Muhammad
sendiri telah melarangnya, dan bahkan Ibnu Taymiyah sendiri telah mengharamkan
corak tafsir model ini. Akan tetapi, disisi lain masih banyak Ulama’ yang
memperbolehkan tafsir semacam ini, asalkan telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan, dan penerimaan mereka mengenai corak tafsir senacam ini
karena didasakan atas ayat Al Qur’an itu sendiri, yang menurut mereka, memang
menganjurkan manusia untuk memikirkan dan memahami kandungan dari ayat-ayat Al
Qur’an. Dan diantara ayat-ayat Al Qur’an yang mendukung kebolehan corak tafsir
semacam ini, diantaranya adalah: (Qs: Muhammad/47:24). Yang artinya sebagai
berikut:”Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an, ataukah hati mereka
terkunci”.dan (Qs: Shad/38:29). Yang artinya sebagai berikut:” Ini adalah kitab
yang kami tueunkan kepadasmu, penuh dengan berkah, agar mereka memperhatikan
ayat-ayat dan orang-orang yang mempunyai pikiran dapat memperoleh darinya”.
Dan yang musti
di ketahui disini adalah, meskipun mufasir dalam corak ini melakukan penafsiran
berdasarkan pemikiran sendiri, namun ia juga tidaklah bebas mutlak, mereka juga
harus bertolak pemahaman terhadap nilai dan kandungan Al Qur’an dan sunah Nabi
SAW.
Dan pembahasan
yang selanjutnya adalah pengertian metodologi. Dimana pengetian dari metodologi
adalah tidak lepas dari pengertian metode, karena antara kedua kata ini
memiliki keterkaitan makna yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang
lainnya. Artinya ketika mendefinisikan seputar metode, pastinya kita bisa
mengetahui namanya Metodologi Tafsir. Secara definif, Meetodologi Tafsir
artinya pembahasan ilmiyah tentang metode-metode penafsiran Al qur’an, atau
metode-metode yang digunakan dalam menafsirkan Al Qur’an. Dari pengertian ini,
maka kita bisa ketahui bahwa metode adalah cara-cara yang digunakan untuk
menafsirkan Al-Qur’an, sementara Metodologi tafsir adalah Ilmu yang membahas
tentang cara penafsiran Al Qur’an. Secara sederhan kita bisa ketahui bahwa
Metode adalah merupakan cara-cara berfikir yang baik dan benar supaya dapat
menghasilkan kongklusi benar dan jauh dari kesalahan, sedangkan Metodologi
adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara atau metode-meode tersebut.
Setelah
mengetahui pengertian dari Metode dan Metodologi seperti yang telah disebutkan
diatas, pembahasan yang selanjutnya yaitu tentang Sistem. Dimana, sistem ini
juga memiliki keterkaitan makna antara Metode dan Metodologi. Secara definitif,
sistem berasal dari bahasa latin yaitu “systema”dan bahasa Yunani
yaitu “sustema“, yang artinya suatu kesatuan yang terdiri atas
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama, untuk mendapatkan aliran
informasi, materi atau energi. Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia pengertian
sistem yang paling umum adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan diantara
satu dengan yang lainnya.
Setelah
mengetahui makna mulai dari Metode, Metodologi, dan Sistem. Maka, Pembahasan
yang selanjutnya adalah korelasi atau hubungan antara Metode, Metodologi, dan
Sistem dengan Tafsir. Maka dapat kita simpulkan, bahwasannya seseorang Mufasir
yang ingin melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat Al Qur’an, hendaknya
mempelajari dan menggunakan metode-metode(kaidah dan cara yang teratur serta
berfikir baik), dan tersisitem atau tersusun, yang harus dimiliki oleh seorang
Mufassir, guna untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksud
oleh Allah SWT. Yang termuat dalam Al Qur’an. Dan ilmu untuk menelaah
metode-metode terdebut dinamakan Metodologi Tafsir. Dan apabila seorang
Mufasir yang menafsirkan Al Qur’an tanpa menerapkan metode, maka bisa
dipastikan, bahwa penafsirannya akan keliru(kh).